November
bagiku bukan hanya tentang hujan-hujan yang setia membasahi jalanan
atau kakiku yang terkena cipratan, atau November juga bukan saja
tentang bulan ke sebelas yang menandakan tahun akan berakhir. November memberikanku satu pertanyaan tentang hal apa yang inginku
ulang sekali lagi. Ternyata masih ada kenangan yang menggantung di
persimpangan jalan, aku tidak berani mendekatinya.
Aku ingin berbalik arah, tapi hal yang disebut kenangan itu memaksaku
untuk menghampirinya.
Hai
kamu..
Apa kabar? Masih ingatkah kamu hujan diwaktu itu?
Disana ada kita, tawa kita, dan genggaman penuh kehangatan itu.
Lalu hari ini, hujan kembali menyapa.
Melemparkanku menuju masa lalu yang didalamnya ada kamu.
Aku bertanya pada hujan, bisakah ia mengembalikanmu? Tapi, hujan tak mau.
Dan disinilah aku. Berdiri menatap hujan yang merintik.
Apa kabar? Masih ingatkah kamu hujan diwaktu itu?
Disana ada kita, tawa kita, dan genggaman penuh kehangatan itu.
Lalu hari ini, hujan kembali menyapa.
Melemparkanku menuju masa lalu yang didalamnya ada kamu.
Aku bertanya pada hujan, bisakah ia mengembalikanmu? Tapi, hujan tak mau.
Dan disinilah aku. Berdiri menatap hujan yang merintik.
Di
sini aku melihat segala hal yang telah kita lewati bersama. Ruangan
ini sesak, dinding-dindingnya seperti mesin waktu. Pertemuan pertama
kita, ucapan rindu yang malu-malu kita ucapkan dan juga yang terakhir
adalah ucapan selamat tanpa perpisahan, di
sini semuanya begitu tak jelas. Aku
baru menyadari sekarang. Sudah memasuki November ketiga. Tanpanya.
Hanya aku dan senandung hujan dibulan November. Tanpa
kusadari, hari-hari berlalu begitu saja. Semuanya tampak biasa saja. Maka dari itu aku mencintai hujan dibulan November.
Kalau aku berkata ada senandung hujan dibulan
November. Senandung indah yang membuatku teringat padamu.
Karena ada satu
hal yang aku tidak suka adalah tentang rindu. Aku selalu menertawakan
orang-orang yang sibuk membuat dirinya seakan-seakan paling miris.
Padahal besok atau pada hari itu pun mereka akan bertemu. Beda dengan
aku. Rindu itu seperti racun yang diam-diam membunuh harapan-harapan.
Saat merindukan orang yang tidak bisa kita temui lagi, apa yang harus
kita lakukan?
Yang
merindukanmu tanpa renggangan,
seperti hujan bulan November.
seperti hujan bulan November.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar